Bahaya Mengonsumsi Teh Bagi Balita
Infobunda.id- Bayi atau balita cenderung suka mengonsumsi makanan dan minuman manis. Selama ini orangtua cenderung membatasi si kecil mengonsumsi permen atau es krim tapi mengizinkannya minum teh manis. Teh manis juga mengandung gula yang tidak baik juga bagi kesehatan gigi anak seperti pada permen maupun es krim.
Namun, di samping kandungan gula yang dapat memicu obesitas dan meningkatkan resiko diabetes, teh juga memiliki kandungan zat kimia yang bisa berbahaya lho bagi si kecil. Zat kimia yang terkandung dalam teh yang dapat membahayakan bagi balita adalah kafein, polyphenol dan fitat, serta asam tanat.
Ketiga tadi memiliki dampak yang tidak baik bahkan buruk untuk anak-anak. Lantas apa saja bahaya mengonsumsi teh bagi balita? Berikut ulasannya yang sudah Infobunda himpun.
1. Kafein
Kafein yang terkandung dalam teh umumnya berkisar di angka 11 mg, dan batas maksimal kafein yang dianjurkan bagi balita hanya 5mg saja. Kafein juga memengaruhi sistem saraf sehingga balita yang mengonsumsi teh berlebihan akan mengalami kegelisahan dan gangguan pola tidur. Padahal balita sangat membutuhkan waktu tidur yang cukup banyak untuk mendukung perkembangan otaknya.
Tak hanya mengganggu pola tidur anak, kafein juga akan mengganggu penyerapan kalsium dalam tubuh. Akibatnya balita bisa mengalami defisiensi kalsium. Kalsium sendiri adalah mineral sangat sangat penting dalam pertumbuhan tulang dan gigi. Jika si kecil mengalami defisiensi kalsium maka tulang dan gigi menjadi lemah dan mudah keropos.
Konsumsi kafein berlebihan akan membuat balita kehilangan kalsium yang dibutuhkan tubuhnya. Sehingga dimungkinkan anak akan mengalami masalah gigi dan tulang di masa mendatang. Dampak yang lebih serius jika anak terus mengonsumsi teh adalah gangguan pada fungsi otak, fungsi otot, sistem saraf, dan pertumbuhan struktur anak.
2. Polyphenol dan Fitat
Polyphenol dan fitat juga terkandung dalam teh, secara umum polyphenol memang dikenal sebagai antioksidan yang baik bagi tubuh. Sehingga mengonsumsi teh dipandang baik bagi orang dewasa. Namun tidak demikian bagi balita, respon tubuh balita atas polyphenol dan fitat ini justru merugikan.
Sebab, polyphenol dan fitat akan mengganggu proses penyerapan zat besi bagi anak. Padahal penyerapan zat besi dalam tubuh anak juga sudah cukup susah, dan ditambah dengan mengonsumsi teh yang mengandung polyphenol dan fitat. Maka zat besi yang sangat dibutuhkan akan semakin sulit diserap tubuh.
Kekurangan zat besi dalam tubuh balita akan menyebabkan anemia atau kurang darah. Balita yang menderita anemia akan mengalami gangguan dalam pertumbuhannya. Dan dalam jangka panjang, anemia juga akan membuat anak mengalami gangguan kecerdasan di masa mendatang.
3. Asam Tanat
Asam tanat yang terkandung dalam teh akan menghambat penyerapan vitamin B dalam tubuh. Akibatnya anak akan mengalami defisiensi vitamin B. Vitamin B sendiri merupakan jenis vitamin yang larut dalam air sehingga tidak dapat disimpan dalam tubuh. Artinya bahwa vitamin B ini harus dikonsumsi secara rutin oleh balita hingga orang dewasa.
Vitamin B kompleks seperti B1, B2, B3, B5, B6, B7, B9 hingga B12 berfungsi dalam membantu tubuh dalam memproses makanan yang dikonsumsi menjadi energi yang dibutuhkan, vitamin B juga membantu memelihara kesehatan otot, mata, dan saraf, serta menghasilkan enzim, dan membentuk sel darah merah. Peran penting vitamin B ini akan terhambat jika balita mengonsumsi teh yang mengandung asam tanat secara berlebihan.
Bahkan WHO juga tegas melarang pemberian teh bagi anak usia kurang dari 2 tahun. Serta menganjurkan orang tua untuk membatasi anak usia 2-5 tahun dalam mengonsumsi teh. Namun, orang tua juga masih boleh memberikan teh kepada anak yaitu jenis teh herbal yang bebas kafein, seperti teh chamomile, teh lemon balm, atau teh kapulaga. Tetapi lagi-lagi orang tua harus memperhatikan kadarnya, sebab segala sesuatu yang berlebihan itu tidaklah baik.