Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Mengenal Pola Asuh Netral Gender

Infobunda.id- Norma gender dalam pengasuhan anak di Indonesia sudah menjadi hal yang wajar. Bahkan hal ini dinormalisasikan dalam keseharian, padahal penerapan norma gender bisa menimbulkan bias gender.



kataibu.id/infobunda.id

Sementara masyarakat saat ini tengah berjuang untuk melepaskan bias gender dalam kehidupan masyarakat. Namun, justru bias gender diterapkan tanpa sadar oleh orang tua sejak dini.


Hal ini bisa ditemukan dari hal terkecil dalam pengasuhan seperti pemilihan warna baju untuk anak laki-laki dan perempuan hingga mainan. Anak perempuan akan diberikan boneka, peralatan masak-masakan sedangkan anak laki-laki diberikan bola, robot, dan mobil-mobilan.


Pembedaan kebutuhan anak laki-laki dan perempuan dari pakaian sampai mainan ini sudah dianggap sebagai kewajaran yang memang sudah selayaknya dilakukan. Pemikiran ini memang tidak lepas dari bias gender yang sudah mendarah daging dalam mindset masyarakat. Oleh karena itu dibutuhkan pola pengasuhan yang tepat dan dapat menjamin perkembangan pribadi anak-anak secara optimal.


Pasalnya, ketika usia perkembangan di tahun-tahun pertama hidup anak-anak terlalu dibatasi hal ini akan membuat perkembangan potensi mereka tidak maksimal. Misalnya anak laki-laki yang ingin bermain masak-masakan dilarang karena itu adalah mainan anak perempuan.


Mainan seharusnya tidak dimiliki oleh salah satu gender tertentu, dengan memberikan identitas gender pada mainan, maka hilang sudah kesempatan anak-anak untuk dapat mengeksplorasi potensi mereka.


Lantas apa yang bisa dilakukan? Salah satu hal yang bisa dilakukan oleh orang tua adalah dengan mencari pola pengasuhan yang tepat bagi anak. Salah satu pola asuh yang sedang digalakkan dan sebagai upaya untuk mendukung program kesetaraan gender adalah pola asuh netral gender (gender neutral parenting).


Pola asuh ini tidak dimaksudkan untuk menghilangkan perbedaan gender atau jenis kelamin. Pola asuh netral gender ini bertujuan untuk menghindari orang tua memaksa anak mengikuti norma gender yang sudah ada di masyarakat.


Jadi orang tua yang menerapkan pola asuh netral gender, akan membiarkan anak-anak mereka untuk mengekspresikan diri melalui berbagai aktivitas yang mereka sukai secara lebih leluasa dan kebebasan memilih hal-hal yang mereka sukai termasuk warna baju atau mainan.


Secara sederhana, pola asuh netral gender ini adalah ketika orang tua tidak membatasi anak-anak mereka berdasarkan ‘ini untuk anak perempuan’ atau ‘ini untuk anak laki-laki.”


Orang tua yang menerapkan pola asuh netral gender membatasi perkembangan anak berdasarkan bias gender yang membuat banyak hal menjadi terkotak-kotak. Anak perempuan boleh main mobil-mobilan, anak laki-laki boleh main masak-masakan. Sebab semua permainan yang bermanfaat untuk merangsang motorik kasar dan halus anak itu baik.


Anak laki-laki yang bermain masak-masakan tidak akan lantas menjadi feminin, sebaliknya anak perempuan yang bermain mobil-mobilan tidak akan menjadi tomboi. Anak-anak dalam pengasuhan oleh orang tua yang sadar akan bias gender juga akan dikenalkan dengan berbagai keleluasaan anak untuk bisa membantu pekerjaan orang tua mereka.


Tidak masalah bagi anak laki-laki untuk membantu pekerjaan ibu di dapur atau tugas membersihkan rumah. Sebab kebersihan rumah adalah tanggung jawab bersama termasuk anak laki-laki dan perempuan. Pelarangan anak lelaki untuk berada di ranah yang selama ini sebagai ‘tempat’ bagi perempuan ini juga menjadi alasan mengapa bias gender dan budaya patriarki masih begitu kental.


Pola asuh netral gender adalah upaya untuk bisa menghindarkan anak-anak dari norma-norma gender yang akan menghambat dan membatasi mereka untuk mengekspresikan diri. Tentu saja, pola asuh ini masih menjadi polemik, seperti kampanye kesetaraan gender yang juga masih dipenuhi dengan berbagai penolakan terutama bagi mereka yang mendukung budaya patriarki.


Jadi setujukah Bunda, dengan pola asuh netral gender agar anak-anak tidak bias gender sejak kecil?




Editor: Yulikhah