Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Memahami Perjuangan New Mom dalam Drama Korea Birthcare Center

Infobunda.Id- "Sesulit apapun itu, kamu akan melupakan semuanya setelah melihat bayi, begitulah seorang Ibu."


kataibu.id/infobunda.id

Dialog tadi merupakan cuplikan kalimat dari drama Korea Birthcare Center atau Postnatal Care Center. Drakor ini telah tayang pada 2 November 2020 lalu dengan 8 episode saja. Drama bergenre komedi keluarga ini menceritakan tentang kehidupan para Ibu di sebuah rumah perawatan pasca persalinan "Serenity". 


Kembali pada kalimat pembuka di atas, dilaog itu diucapkan oleh Ibu mertua Hyun Jin kepadanya pasca melahirkan. Lantas benarkah para Ibu akan melupakan kesakitan dan kesulitan yang mereka alami selama proses persalinan semudah itu?


Jawabannya tentu tidak. Tidak ada persalinan yang mudah, baik itu secara pervaginam (normal) ataupun prosedur operasi caesar. Sosok Hyun Jin direpresentasikan sebagai ibu yang mengalami persalinan sulit bahkan nyaris meninggal. Setelah melalui pengalaman antara hidup dan saat saat melahirkan, kesulitan lain sudah menunggu para ibu baru.


Nah, selama 8 episode penayangannya, drama ini menceritakan kesulitan-kesulitan yang harus dialami oleh seorang ibu yang baru melahirkan. Oh Hyun-Jin (Uhm Ji Won) tokoh utama dalam drama ini digambarkan sebagai seorang eksekutif termuda di kantornya namun juga menjadi perempuan tertua yang melahirkan dan dirawat di Birthcare Center. 


Usai melahirkan Hyun Jin mengalami banyak kesulitan hingga mengalami hari-hari yang begitu berat. Untungnya ia memiliki suami yang mendukungnya, walau masih ada kesalahpahaman yang mewarnai perjuangan mereka mengasuh bayi. Nah, berikut beberapa kesulitan yang dialami ibu yang baru melahirkan dalam drakor ini.


Menyusui


Kesulitan pertama setelah melahirkan adalah menyusui. Tidak semua ibu baru dapat segera memberikan ASI pada bayinya. Ada beberapa ibu yang memiliki masalah dalam perlekatan sehingga bayi kesulitan menyusu. Belum lagi produksi ASI setiap ibu yang berbeda, ada sebagian Ibu yang dapat langsung menyusui bayinya karena produksi ASInya banyak.  Sebaliknya ada pula Ibu yang harus berjuang menahan sakit memompa ASI.


Dalam drama ini, Hyun Jin adalah Ibu yang hanya menghasilkan sedikit ASI dan tidak dapat melakukan perlekatan dengan baik saat menyusui. Berbanding terbalik dengan Park Ha Sun yang memerankan sosok Ibu Sarang. Ia adalah seorang ibu yang sempurna, mampu memberikan ASI eksklusif pada bayinya. 


Perdebatan masalah menyusui ini pun tidak jauh berbeda dengan kondisi yang ada di Indonesia. Stereotype bagi para ibu yang tidak bisa menyusui adalah ibu yang buruk juga ada di Korea. Mengapa seorang ibu tidak bisa menahan sakit dan perih saat menyusui anaknya padahal menyusui adalah bentuk cinta seorang ibu?


Namun, benarkah ibu yang tidak menyusui secara langsung tidak mencintai anaknya? Jika demikian, maka agaknya benar pendapat Hyun Jin tentang dirinya yang hanya dipandang sebagai "Pabrik ASI".


Kadar cinta seorang ibu tidak bisa diukur hanya dari keputusannya untuk memberi ASI atau susu formula. Perdebatan ASI dan susu formula digambarkan begitu masif dan menyebabkan perkelahian di seluruh penjuru dunia. Tentu saja isu ini memang masih terus diperdebatkan hingga kini. 


Bayi tidak hanya butuh ASI untuk dapat tumbuh dengan baik. Bayi butuh ibu yang bahagia. Jika dengan memberi ASI ibu kesulitan hingga kehilangan kebahagiaan maka itu juga bukan pilihan yang tepat. ASI mungkin pilihan yang baik bagi bayi, namun bagaimana dengan ibu? Tentu saja semua kondisi harus dipertimbangkan, alasan kenapa sampai ASI tidak bisa diberikan.


Bekerja atau Ibu Rumah Tangga


Sama halnya dengan pilihan memberi ASI atau susu formula, pilihan seorang ibu untuk kembali bekerja atau menjaga anaknya pun menjadi perdebatan sengit. Ibu bekerja adalah mereka yang tidak menyayangi anaknya. Seorang ibu seharusnya rela berkorban demi anak. Begitulah perdebatan tentang perempuan setelah menjadi ibu. 


Semua pilihan yang dibuatnya harus selalu memprioritaskan kepentingan anak. Padahal seorang ibu adalah perempuan, ia adalah milik dirinya sendiri dan punya hak untuk bahagia dan memperjuangkan keinginannya. Seorang ibu tidak harus selalu mengalah demi anaknya, terlebih jika itu tidak membuatnya bahagia. 


Di sisi lain, di sini juga digambarkan bahwa setelah perempuan melahirkan, semua hal hanya terpusat pada anaknya. Prestasi dan pekerjaan yang dimilikinya menjadi tidak penting, bahkan namanya sekalipun. Seorang perempuan yang menjadi ibu akan kehilangan namanya, ia hanya akan dipanggil sebagai ibunya A, ibunya B.


Drama ini akan menyadarkan bahwa menjadi ibu baru tidak mudah, banyak tekanan dan kesulitan yang selama ini mungkin tidak disangka dan hanya dipandang remeh. Itulah mengapa banyak ibu baru yang mengalami baby blues maupun PTSD.


Bagi calon ibu dan ayah, sangat penting untuk dapat mempelajari kehidupan baru sebagai orang tua, drama ini cukup singkat hanya 8 episode saja, namun akan banyak pelajaran tentang menjadi orang tua. Seorang suami adalah support system pertama yang harus mendukung seorang ibu karena tanggung jawab mengurus anak adalah tanggung jawab bersama. 


Perjuangan seorang ibu setelah melahirkan sangat berat. Selain harus memulihkan kondisi ibu juga harus merawat dan mengurus bayinya. Oleh karena itu, seorang ibu yang baru melahirkan harus didampingi oleh suami dan keluarga.




Editor: Yulikhah