Sering Sedih Usai Melahirkan? Waspada Baby Blues, Penyebab, dan Cara Mencegah
infobunda.id – Sindrom baby blues mungkin baru populer di Indonesia pada beberapa tahun ke belakang. Sebab tak banyak yang mensosialisasikan tentang bahaya baby blues pada perempuan dan juga calon ibu.
Alasannya karena menjadi ibu adalah kodrat wanita sehingga semua hal yang menyertai kodrat itu sudah seharusnya ditanggung. Baik itu pengalaman menyenangkan maupun menyesakkan. Ketika seorang ibu mengeluh tentang betapa menyakitkannya proses persalinan, tak jarang respon yang diterima adalah ‘Ya, semua ibu juga merasakannya’.
Padahal semua yang dirasakan setiap ibu berbeda-beda. Ada perjuangan dan pengalaman tersendiri yang jelas berbeda dan tak mungkin sama. Minimnya empati inilah yang membuat baby blues menjadi asing dan diabaikan begitu saja.
Padahal, menurut penelitian Dalfen (2009) di Indonesia angka depresi dan gangguan kecemasan yang dialami ibu pasca melahirkan cukup tinggi yaitu 19,8%. Tidak sedikit ibu yang mengalami gangguan emosi seperti kesedihan, kecewa, dan marah tanpa adanya alasan yang jelas usai melahirkan.
![]() |
Waspada baby blues. (kataibu.id/infobunda.id) |
Apa itu baby blues
Gangguan emosi berupa perasaan sedih inilah yang disebut sebagai sindrom baby blues. Selama ini sindrom baby blues tidak begitu mendapatkan perhatian dari masyarakat. Selain karena minimnya sosialisasi, juga karena antusiasme menunggu bayi lahir sehingga kondisi ibu justri menjadi terabaikan. Sebab semua akan merasa bahwa setelah bayi lahir maka hanya ada kebahagiaan. Padahal begitu bayi lahir ada banyak tantangan baru yang bahkan mungkin lebih berat dibandingkan selama kehamilan.
Penyebab baby blues
Kenyataan tak seindah harapan
Tingginya ekspektasi setelah bayi lahir bisa membuat ibu dan ayah menjadi tidak siap ketika apa yang selama ini diharapkan ternyata tidak seindah kenyataannya. Misalnya, ibu berharap bayinya akan tidur lama tetapi kenyataannya justru sebaliknya. Pertentangan antara harapan dan kenyataan ini dapat menjadi pemicu munculnya baby blues.
Tekanan
Faktor pemicu lain yaitu adanya tekanan pada ibu. Tekanan ini bisa datang dari siapa saja, bahkan dalam diri ibu sendiri. Misalnya menyusui, tidak semua ibu dapat langsung menyusui bayinya dengan baik. Banyak ibu yang mengalami kesulitan saat menyusui dan sangat mungkin menimbulkan kesedihan. Perlekatan yang tidak tepat akan membuat menyusui menjadi proses yang menyakitkan bagi ibu. Tekanan akan bertambah dua kali lipat ketika suami atau orang lain mengomentari ketidaksempurnaan ibu dalam menyusui.
Hormon
Faktor selanjutnya yang dapat memicu baby blues adalah perubahan hormon. Kadar hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh ibu hamil tinggi dan stabil. Namun begitu melahirkan kadar kedua hormon itu menurun secara drastis, sehingga mau tidak mau pasti kondisi emosi ibu akan terpengaruh.
Pentingnya support system
Perlu diingat oleh ibu, ayah, dan keluarga bahwa melahirkan adalah proses yang luar biasa menguras tenaga ibu. Jadi keluarga harus menjadi support system yang baik bagi ibu. Ayah, ibu, saudara, bahkan tetangga harusnya memberi dukungan bukan mengomentari atau bahkan menyalahkan ibu yang belum sempurna dalam merawat bayinya. Selain itu, baik ibu dan bayi masih sama-sama belajar beradaptasi dengan lingkungan dan peran barunya.
Mencegah baby blues
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah sindrom baby blues yang telah infobunda.id rangkum yaitu sebagai berikut:
1. Perbanyak membaca informasi terkait baby blues sehingga apabila ada tanda-tanda yang menjurus ke sana dapat segera ditangani.
2. Bangunlah kerja sama dengan suami dan keluarga untuk menciptakan support system yang baik.
3. Ungkapkan perasaan ibu, jangan pendam sendiri.
4. Mintalah bantuan. Ingat bahwa untuk mengurus bayi ibu harus dalam kondisi sehat, jadi ketika ibu lelah mintalah bantuan suami atau keluarga untuk menggantikan ibu menjaga bayi.
Apabila langkah-langkah tersebut telah dilakukan namun, ibu baby blues tetap “menghampiri” ibu, maka ibu perlu mengatakan pada diri ibu sendiri bahwa “Kita masih belajar menjadi ibu, sehingga menjadi tidak sempurna bukanlah masalah, sebab seiring waktu berjalan kita akan semakin mengenal bayi kita dan diri kita sendiri akan jadi orang yang paling tahu kebutuhan bayi kita.”
Baby blues sebenarnya tergolong gangguan emosi ringan dan umumnya akan membaik setelah beberapa hari. Namun, apabila setelah dua minggu usai melahirkan kondisi emosi ibu tak kunjung membaik maka segeralah datang ke dokter untuk mendapatkan bantuan. Sebab, meskipun termasuk ringan, apabila dibiarkan tanpa penanganan yang tepat baby blues dapat berkembang dari gangguan emosi menjadi depresi pasca melahirkan atau postpartum depression.
Penulis: Yulikhah