Menyembuhkan Trauma Setelah Melahirkan
Infobunda.id - Bunda, melahirkan sering digambarkan sebagai pengalaman yang mengubah hidup. Lantaran yang membawa kebahagiaan, kegembiraan, dan babak baru dalam kehidupan.
Menyembuhkan Trauma Setelah Melahirkan
Namun, proses tersebut juga bisa menjadi pengalaman yang membebani, menyakitkan, dan bahkan traumatis bagi sebagian wanita. Trauma setelah melahirkan ternyata adalah hal yang lebih umum daripada yang diperkirakan dan memengaruhi individu dengan cara yang berbeda-beda. Baik trauma itu bersifat fisik, emosional, maupun psikologis, sangat penting untuk menghadapinya dan mencari pemulihan.
Dalam artikel ini, Bunda bisa akan mengeksplorasi berbagai bentuk trauma setelah melahirkan, bagaimana hal itu muncul, dan langkah-langkah yang bisa Bunda ambil untuk sembuh. Namun, penting untuk diingat bahwa setiap pengalaman orang berbeda, dan pemulihan adalah perjalanan pribadi yang memerlukan kesabaran, kasih sayang pada diri sendiri, dan dukungan.
Memahami Trauma Setelah Melahirkan
Trauma setelah melahirkan dapat muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari cedera fisik yang terjadi selama proses persalinan hingga trauma emosional atau psikologis. Trauma tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk persalinan yang sulit, intervensi medis, operasi caesar yang tidak terduga, atau komplikasi yang mengancam nyawa ibu atau bayi.
Beberapa kasus, pengalaman traumatis dapat menyebabkan gangguan stres pascatrauma (PTSD), kecemasan, depresi, atau perasaan kehilangan kendali. Berikut penjelasan tentang bermacam trauma yang bisa terjadi setelah melahirkan.
Trauma Fisik
Trauma fisik bisa berupa robekan, episiotomi, atau intervensi bedah seperti operasi caesar. Beberapa wanita mengalami pemulihan yang lama, rasa sakit kronis, atau komplikasi seperti gangguan lantai panggul.
Akibat pengalaman dari rasa sakit tersebut tak sedikit wanita yang kemudian mengalami trauma hingga merasa cemas dan takut untuk bisa kembali melewati proses persalinan.
Trauma Emosional
Meskipun proses persalinan berlangsung lancar secara medis, beberapa individu mungkin merasa traumatis secara emosional karena perasaan tidak berdaya, kehilangan kendali, atau perasaan kurangnya dukungan selama persalinan.
Perasaan tersebut bisa muncul akibat pengalaman kelahiran yang tidak memadai, ketakutan yang tidak ditangani, atau merasa diabaikan atau tidak didengarkan orang orang terdekat.
Trauma Psikologis (PTSD)
Pada kasus-kasus di mana pengalaman kelahiran sangat traumatis, beberapa wanita bisa jadi mengembangkan gejala gangguan stres pascatrauma (PTSD). Ini bisa melibatkan kilas balik, kewaspadaan berlebihan, atau perasaan cemas dan ketakutan yang bertahan lama setelah kelahiran.
PTSD setelah melahirkan bisa dipicu oleh peristiwa seperti kehamilan berisiko tinggi, intervensi medis darurat, atau perasaan kehilangan selama proses kelahiran.
Mengenali Tanda-Tanda Trauma Setelah Melahirkan
Trauma dapat muncul dengan berbagai cara, dan mengenali tanda-tandanya adalah langkah pertama menuju pemulihan. Gejala trauma setelah melahirkan dapat meliputi:
- Rasa sakit atau ketidaknyamanan fisik akibat cedera terkait kelahiran, bekas luka, atau pemulihan setelah operasi.
- Kesulitan membangun ikatan dengan bayi sehingga ada rasa terpisah atau kesulitan membentuk hubungan emosional dengan bayi yang baru lahir.
- Kecemasan atau serangan panik di mana individu mengalami ketakutan atau kecemasan yang tinggi tentang persalinan atau masa depan.
- Gejala depresi meliputi perasaan sedih, putus asa, atau mati rasa setelah melahirkan.
- Perasaan bersalah atau malu karena Bunda merasa gagal dalam suatu aspek selama kelahiran.
Jika Bunda memperhatikan salah satu dari gejala ini, penting untuk mengakuinya dan mengambil langkah-langkah untuk menjaga kesehatan fisik dan emosional Bunda.
Langkah-Langkah untuk Pulih
Pemulihan dari trauma setelah melahirkan bukanlah proses yang singkat dan setiap wanita tentu memiliki tahapan yang berbeda. Namun, beberapa langkah berikut dapat membantu menuju proses penyembuhan secara fisik maupun emosional.
1. Akui Pengalaman Bunda
Langkah pertama dalam penyembuhan adalah mengakui bahwa trauma yang Bunda alami adalah nyata. Memvalidasi bahwa trauma itu nyata adalah poin penting bahwa pengalaman tidak menyenangkan baik itu fisik, emosional, maupun psikologis, itu memang benar-benar ada dan dirasakan.
Banyak wanita yang terpaksa menahan diri untuk dan tidak membenarkan pengalaman traumatis itu karena tekanan sosial bahwa yang sering kali memuliakan kelahiran. Atau bahwa setiap melahirkan itu sulit dan memang begitulah adanya sehingga tidak perlu dilebih-lebihkan.
Oleh karenanya sangat penting untuk memberi diri Bunda izin untuk merasakan emosi, apakah itu kesedihan, kemarahan, kekecewaan, atau kebingungan.
2. Cari Dukungan Profesional
Penyembuhan dari trauma kelahiran seringkali memerlukan bimbingan profesional. Terapis, konselor, atau psikolog. Terapi Perilaku Kognitif (CBT) dan Pemrosesan Gerakan Mata Desensitisasi (EMDR) adalah dua terapi yang sering digunakan untuk membantu individu memproses trauma.
Bunda juga bisa mencari kelompok dukungan yang mengalami pengalaman serupa. Sehingga rasa validasi dan solidaritas bisa lebih dirasakan. Ada cukup banyak kelompok dukungan online dan tatap muka yang tersedia bagi mereka yang sedang menyembuhkan diri dari trauma kelahiran. Berbagi cerita dengan orang lain yang benar-benar memahami bisa sangat terapeutik dan memberdayakan.
3. Pemulihan Fisik dan Perawatan Diri
Penyembuhan fisik sama pentingnya dengan penyembuhan emosional. Luangkan waktu untuk beristirahat dan biarkan tubuh Bunda pulih. Beberapa cara memprioritaskan perawatan diri bisa dilakukan dengan cukup istirahat, makan makanan bergizi, olahraga ringan.
4. Memproses Pengalaman Kelahiran
Kadang-kadang, berbicara tentang pengalaman kelahiran Bunda dapat membantu Bunda memproses emosi yang muncul. Jika Bunda kesulitan menerima apa yang terjadi, Bunda mungkin ingin meminta "debrief kelahiran" dengan penyedia layanan kesehatan Bundanda. Ini adalah pertemuan di mana Bunda dapat mengajukan pertanyaan, mengulas apa yang terjadi selama persalinan, dan memperoleh pemahaman lebih lanjut tentang keputusan yang diambil.
Debrief kelahiran dapat membantu Bunda memahami aspek-aspek traumatis dari pengalaman tersebut dan memungkinkan Bunda untuk sembuh dengan pemahaman yang lebih dalam. Ini juga dapat memberi Bunda jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang mungkin masih ada tentang apa yang terjadi selama kelahiran.
5. Menangani Dinamika Hubungan
Trauma kelahiran dapat membebani hubungan, terutama dengan pasangan yang mungkin tidak sepenuhnya memahami apa yang Bunda alami. Komunikasi terbuka sangat penting. Bagikan pikiran dan perasaan Bunda, dan cobalah bekerja sama untuk saling mendukung dalam proses penyembuhan.
Jika perlu, konseling pasangan dapat memberikan ruang yang aman untuk membahas dampak trauma pada hubungan Bunda dan bekerja sama untuk membangun kembali keintiman emosional dan dukungan.
6. Bersikaplah Penuh Kasih pada Diri Sendiri
Proses penyembuhan membutuhkan waktu. Mudah untuk merasa tertekan untuk "segera pulih," tetapi pemulihan bukanlah sesuatu yang linier. Beberapa hari mungkin akan lebih sulit daripada yang lain. Latih kasih sayang pada diri sendiri dan beri izin pada diri Bunda untuk melangkah perlahan. Tidak apa-apa untuk tidak merasa baik-baik saja. Luka emosional dari trauma kelahiran bukan sesuatu yang bisa “dilewati” begitu saja, melainkan sesuatu yang perlu diproses.
7. Pertimbangkan Rencana Kelahiran di Masa Depan
Jika Bunda berencana untuk memiliki lebih banyak anak, luangkan waktu untuk merenungkan apa yang Bunda inginkan dari pengalaman kelahiran di masa depan. Beberapa wanita memilih untuk mengikuti rencana kelahiran yang berbeda setelah mengalami trauma, seperti memilih kelahiran di rumah, menyewa doula, atau bekerja dengan tim medis yang lebih mendukung. Memahami hak dan opsi Bunda untuk kelahiran di masa depan dapat membantu Bunda merasa lebih diberdayakan dan mengendalikan situasi.
Kapan Harus Mencari Bantuan Segera
Meskipun penyembuhan dari trauma kelahiran adalah proses yang bertahap, ada kalanya bantuan profesional segera diperlukan. Jika Bunda mengalami gejala PTSD, depresi berat, atau memiliki pemikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bayi Bunda, segera cari bantuan. Hubungi penyedia layanan kesehatan Bunda, seorang profesional kesehatan mental, atau hotline krisis untuk mendapatkan dukungan segera.
Penyembuhan dari trauma kelahiran adalah proses yang berkelanjutan dan memerlukan waktu, kesabaran, serta kasih sayang pada diri sendiri. Ini adalah perjalanan yang sangat pribadi dan berbeda-beda untuk setiap orang, namun, Bunda pantas untuk sembuh, didengar, dan didukung sepanjang proses ini.
Jika Bunda saat ini sedang menjalani perjalanan penyembuhan setelah trauma setelah melahirkan, ketahuilah bahwa Bunda tidak sendirian. Dengan sumber daya yang tepat, dukungan emosional, dan fokus pada perawatan diri, penyembuhan itu mungkin.