Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Teruskan 5 Kebiasaan ini untuk Membuat Hidup Menderita

Infobunda.id - Pernahkah kamu merasa hidupmu menderita. begitu berat, penuh masalah, dan jauh dari kebahagiaan? Itu bukan sekadar nasib buruk apalagi kesalahan orang lain. Melainkan akibat dari kebiasaan yang tanpa sadar kamu pelihara sendiri.




Banyak orang terjebak dalam kebiasaan yang membuat hidup menderita yang akhirnya merusak diri. Sayangnya kebiasaan itu dilakukan tanpa disadari. Kebiasaan-kebiasaan ini bisa menjadi racun yang akan mengikis dan menghancurkan kebahagiaan serta masa depanmu.

Pertanyaannya, apakah kamu masih ingin terjebak dalam penderitaan hidup akibat kebiasaan itu atau mulai mengambil langkah untuk keluar? Jika kamu ingin mengambil langkah untuk keluar mari ketahui dulu apa saja kebiasaan yang menjadi sumber penderitaan hidup.

1. Menyesali Masa Lalu

Masa lalu yang sudah terjadi tidak akan pernah bisa diubah apalagi diulang. Menyesali masa lalu adalah beban yang membuatmu tak bisa melangkah maju dengan leluasa. 

Banyak orang terjebak dalam penyesalan atas kesalahan yang telah dilakukan, kesempatan yang terlewat, atau keputusan yang hasilnya tidak sesuai harapan. Penyesalan ini membuat pikiran terus berkutat dan kembali ke masa lalu. Kamu akan terus mengulang pernyataan yang sama, “Seandainya saja aku bisa mengubahnya,” tanpa menyadari bahwa hal ini hanya akan memperpanjang penderitaan.

Padahal, kamu pun tahu bahwa tidak ada yang bisa mengubah apa yang sudah terjadi. Maka dari itu, obat untuk menghentikan kebiasaan menyesali masa lalu adalah dengan ridho bahwa setiap hal yang terjadi pasti ada hikmah atau pelajaran yang bisa diambil. 

Rasa ridho ini akan membantumu untuk berdamai dengan diri sendiri dan membantumu untuk kembali menyadari bahwa setiap kesulitan yang terjadi pasti akan berakhir. 


2. Mencemaskan Masa Depan

Setiap orang pasti memiliki rencana masa depan yang diimpikan. Tetapi masa depan yang belum terjadi itu kadang secara tak sadar memicu perasaan takut dan cemas.

Ketakutan akan gagal, kehilangan, atau tidak mencapai harapan bisa membuat hidup terasa penuh tekanan. Padahal semua ketakutan itu belum tentu terjadi. Dan kalau terjadi pun bisa jadi tidak akan seburuk yang kita pikirkan.

Akibat berkutat pada semua ketakutan pada hari esok dan masa depan yang belum terjadi, akhirnya masa kini yang sedang dijalani justru tidak bisa dioptimalkan. Sedangkan kita hidup di masa kini.

Lalu apa yang bisa dilakukan? Jawabannya adalah tawakal. Tawakal adalah sikap berserah diri menyerahkan apa yang diupayakan kepada Allah SWT. Tentu dengan keyakinan bahwa apa pun yang terjadi adalah yang terbaik. 

Serahkan semua hal yang ada di luar kendali kita kepada Allah SWT. Jangan mengambil alih apa yang di luar kendali, sebab itu hanya akan menambah beban dan tekanan serta menimbulkan kecemasan tiada ujung.

Mungkin selama ini tawakal diartikan sebagai berserah setelah kita berusaha. Padahal tawakal itu dilakukan sejak awal ketika kita mulai berusaha. Tawakal harusnya mengiringi langkah kita sejak awal hingga akhir. Tawakal akan mengurangi kecemasan dan ketakutan karena hati percaya bahwa Allah selalu memiliki rencana yang baik bagi hamba-Nya.


3. Mengeluhkan Masa Kini 

Mengeluhkan keadaan yang sedang dialami saat ini adalah kebiasaan yang tampaknya wajar, tetapi jika terus dilakukan, hal ini bisa membuat hidup semakin berat dan penuh penderitaan

Saat seseorang mengeluh, ia hanya berfokus pada masalah tanpa mencari solusi. Kenyataannya, keluhan tidak akan mengubah keadaan menjadi lebih baik. Justru, semakin sering seseorang mengeluh, semakin ia terjebak dalam siklus negatif seperti stress dan cemas yang membuatnya merasa tidak berdaya dan sulit menikmati hidup.

Orang yang banyak mengeluh cenderung pasif dan kurang mengambil tindakan untuk memperbaiki keadaan. Mereka lebih sibuk menyalahkan keadaan atau orang lain daripada mencari cara untuk berkembang. Akibatnya, mereka kehilangan banyak kesempatan untuk maju. 

Obat dari kebiasaan mengeluhkan masa kini itu ada syukur. Bersyukur adalah cara terbaik untuk melihat sisi positif dalam setiap keadaan. Fokuslah pada apa yang sudah dimiliki saat ini, bukan yang belum didapat.

Bersyukur akan menumbuhkan perasaan bahagia sehingga lebih mudah menerima keadaan dengan hati yang lapang. Cobalah untuk menikmati dan mensyukuri apa yang sedang terjadi saat ini tanpa terlalu khawatir tentang masa depan atau menyesali masa lalu. 

Sebab masa depan yang belum terjadi itu juga dipengaruhi oleh apa yang kita lakukan hari ini. Sedangkan masa lalu sudah terjadi dan tidak bisa diulangi.


3. Meletakkan Kebahagiaan pada Lidah Orang Lain

Setiap orang memiliki pandangan dan standar yang berbeda. Jika kebahagiaan bergantung pada pendapat atau validasi orang lain, maka hidup akan selalu dipenuhi dengan tekanan untuk terus menyenangkan mereka. 

Terlalu peduli dengan pendapat orang lain, akan menumbuhkan kecenderungan yang menggiring kita berubah sesuai dengan ekspektasi mereka. Lalu, ketakutan pun akan selalu mengikuti, takut apakah tindakan kita akan diterima atau tidak. 

Pada akhirnya saat menggantungkan kebahagiaan pada lidah dan validasi orang lain hanya akan membuat hidup penuh tekanan, kecemasan, dan ketidakpuasan. Obatnya adalah ikhlas—lakukan semua hal dengan baik karena Allah tanpa mengharapkan validasi dari orang lain. 

Yakinkan diri bahwa bahagia bukan tentang bagaimana orang lain melihat kita, tetapi tentang bagaimana kita menerima dan mencintai diri sendiri. Jadilah versi terbaik dirimu tanpa perlu bergantung pada pujian orang lain! 


5. Tidak Mau Memaafkan

Tidak  mau memaafkan atau mendendam pada orang yang telah menyakiti kita memang wajar, tetapi jika terus dipelihara, hal itu justru akan membawa lebih banyak penderitaan.

Sebab rasa dendam ini akan membuat hati dan pikiran kita dipenuhi kemarahan. Amarah yang bertumpuk itu tak hanya menguras energi dan menyia-nyiakan waktu karena kita akan terus berkutat pada masa lalu.

Menyimpan dendam tidak menyakiti orang lain, tetapi justru menyakiti diri sendiri. Obatnya adalah I’tiraf—mengakui bahwa semua manusia bisa berbuat salah dan setiap kesalahan bisa menjadi pelajaran. Kita juga perlu mengakui dan menyadari bahwa ada dosa yang juga pernah kita lakukan dan perlu untuk dimaafkan.

Memaafkan bukan berarti melupakan, tetapi membebaskan diri dari belenggu kebencian. Saat memaafkan orang yang berbuat salah pada kita, maka saat itu kita membebaskan diri dari penderitaan dan membuka jalan menuju kebahagiaan yang lebih besar. Memaafkan bukan untuk mereka, tetapi untuk diri kita sendiri. 


Penderitaan dalam hidup seringkali tidak berasal dari keadaan luar diri kita atau bahkan orang lain. Tetapi justru dari bagaimana kita merespons setiap kondisi yang kita alami. Menyesali masa lalu, mencemaskan masa depan, mengeluhkan masa kini, menggantungkan kebahagiaan pada lidah atau validasi orang lain, dan tak mau memaafkan adalah sumber penderitaan hidup. 

Namun, setiap kebiasaan buruk memiliki obatnya, jadi jangan ragu untuk mengambil obat-obat ini agar tak lagi terjebak dalam hidup yang penuh penderitaan.

Ridho membantu kita menerima masa lalu dengan lapang dada.

Tawakal mengajarkan kita untuk berserah diri kepada Allah setipa kali berusaha, sehingga tidak tenggelam dalam kecemasan akan masa depan.

Syukur membuat kita lebih fokus pada hal-hal baik dalam hidup daripada terus mengeluh.

Ikhlas membebaskan kita dari ketergantungan terhadap validasi orang lain.

I’tiraf membantu kita menyadari bahwa semua orang bisa berbuat salah dan memaafkan adalah cara untuk membebaskan diri dari beban dendam.


Kunci kebahagiaan sejati adalah ketenangan hati dan pikiran yang kita ciptakan sendiri bukan orang lain. Mari belajar untuk lebih ridho, tawakal, bersyukur, ikhlas, dan memaafkan agar hidup lebih bahagia dan bermakna.