Mindful dan Gentle Parenting: Pola Asuh Penuh Kesadaran dan Kasih Sayang
Infobunda.id - Di tengah tantangan modern seperti stres orang tua, perkembangan teknologi, dan tekanan akademis pada anak, muncul kebutuhan untuk mengasuh dengan lebih sadar, lembut, dan responsif.
Mindful dan Gentle Parenting: Pola Asuh Penuh Kesadaran dan Kasih Sayang. (pexels.com)
Dua pendekatan yang menjawab tantangan ini adalah Mindful Parenting dan Gentle Parenting. Keduanya menawarkan pola asuh yang tidak hanya mendidik anak secara kognitif, tetapi juga memperkuat hubungan emosional dan kesehatan mental seluruh keluarga.
Lalu apa dan bagaimana sebenarnya mindful dan gentle parenting itu? Artikel berikut ini akan mengupas tentang dua pendekatan parenting yang dinilai jauh lebih baik dari beberapa gaya dan pendekatan parenting lainnya.
Apa Itu Mindful Parenting?
Mindful Parenting adalah pendekatan yang mengajak orangtua untuk hadir sepenuhnya dalam setiap interaksi dengan anak baik secara mental, emosional, dan fisik.
Hal ini berarti menyadari perasaan sendiri, mengenali emosi anak, dan merespons dengan tenang tanpa bereaksi impulsif.
Prinsip Utama Mindful Parenting
Mindful Parenting berakar dari konsep mindfulness dalam psikologi dan meditasi yakni kesadaran penuh terhadap momen sekarang, tanpa menghakimi.
Dalam konteks parenting, ini berarti hadir secara utuh dan sadar dalam setiap interaksi dengan anak.
1. Kesadaran Saat Ini (Present-Moment Awareness)
Orang tua menyadari dan memperhatikan apa yang sedang terjadi, baik secara internal (emosi, pikiran) maupun eksternal (tingkah laku anak), tanpa terdistraksi atau terburu-buru.
Contoh: Saat anak tantrum, orang tua tidak langsung bereaksi marah, tetapi menyadari perasaan marah yang muncul, dan memilih merespons dengan tenang.
2. Tidak Menghakimi (Non-judgmental Awareness)
Orang tua berusaha fokus pada apa yang sedang terjadi tanpa menghakimi atau tergesa-gesa.
Orang tua tidak langsung bereaksi terhadap emosi atau perilaku anak, tapi memberi ruang dan waktu sebelum merespons.
Orangtua menerima pengalaman, perasaan, dan perilaku anak sebagaimana adanya, tanpa langsung menilai sebagai buruk atau salah.
Contoh: Anak takut tampil di panggung bukan dianggap lemah, tapi dilihat sebagai ekspresi yang valid dan bisa didampingi.
3. Pengaturan Diri Orang Tua (Self-Regulation)
Memahami bahwa baik orang tua maupun anak memiliki emosi yang valid dan layak dihormati.
Mengelola emosi dan impuls sendiri adalah inti dari mindful parenting. Orang tua berlatih mengendalikan diri sebelum mendisiplinkan anak.
Contoh: Alih-alih membentak saat anak membuat rumah berantakan, orang tua menarik napas dalam dan memilih pendekatan yang membangun.
4. Mendengarkan Secara Penuh (Deep Listening)
Mendengarkan secara aktif dan merespons dengan penuh kasih sayang. Memberikan perhatian penuh saat anak berbicara, tanpa menyela, mengoreksi, atau tergesa menyimpulkan.
Contoh: Duduk di lantai sejajar dan mendengarkan curhatan anak tentang teman sekolahnya dengan kontak mata dan ekspresi tenang.
5. Kehadiran Emosional (Emotional Attunement)
Menjadi hadir secara emosional, bukan hanya fisik. Ini berarti membaca dan menyelami perasaan anak dengan empati, bahkan jika anak belum bisa mengungkapkannya secara verbal.
Contoh: Menyadari bahwa rengekan anak mungkin berasal dari rasa lelah atau frustasi, bukan semata-mata perilaku nakal.
Apa Itu Gentle Parenting?
Gentle Parenting adalah pendekatan yang menolak penggunaan hukuman, ancaman, atau hadiah berlebihan dalam mendidik anak.
Fokus utamanya adalah membangun hubungan kolaboratif, saling menghormati, dan menumbuhkan disiplin dari dalam diri anak, bukan karena takut atau paksaan.
Prinsip Utama Gentle Parenting
Gentle Parenting berfokus pada membangun relasi saling menghormati dan penuh empati antara orangtua dan anak, dengan menolak pendekatan yang mengandalkan hukuman, ancaman, dan kontrol kekuasaan.
Empati dan kasih sayang
Anak diperlakukan sebagai manusia utuh, bukan objek yang harus dikontrol dengan hormat dan empati, seperti halnya kita memperlakukan orang dewasa. Tidak ada kekerasan verbal, fisik, atau emosional.
Contoh: Jika anak memecahkan gelas, orang tua berkata: “Kamu kaget ya, nggak sengaja. Yuk, kita bereskan bareng-bareng.”
Konsistensi tanpa kekerasan
Disiplin dilakukan dengan batasan yang jelas tapi lembut, bukan dengan hukuman.
Disiplin dalam gentle parenting tidak sama dengan hukuman, melainkan membangun pemahaman atas sebab-akibat dan memberikan batasan yang jelas dan konsisten secara lembut.
Contoh: “Mainnya boleh sampai jam 8 malam, ya. Setelah itu kita perlu tidur biar badan sehat.”
Menghindari manipulasi emosional
Tidak menggunakan rasa bersalah, ancaman, atau hadiah untuk mengatur perilaku anak. Tidak menggunakan rasa bersalah, ancaman, atau hadiah berlebihan untuk mengatur perilaku anak.
Anak diajak memahami alasan di balik aturan, bukan hanya agar patuh.
Contoh Salah: “Kalau kamu nggak makan, mama sedih banget lho.”
Contoh Benar: “Kalau kamu nggak makan, tubuhmu nanti bisa lemas dan sakit.”
Kolaboratif, bukan otoritatif
Anak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan sesuai usia mereka.
Memberikan ruang bagi anak untuk menyuarakan pendapat dan merasa dihargai. Anak dilibatkan dalam membuat solusi.
Contoh: “Kamu merasa belum mau mandi sekarang, ya? Kalau gitu, kita pilih: mandi sekarang atau 10 menit lagi?”
Pengasuhan Jangka Panjang (Long-Term Focus)
Gentle parenting lebih fokus pada membentuk karakter jangka panjang: empati, tanggung jawab, dan kesadaran diri, daripada sekadar kepatuhan sesaat.
Fokus: “Aku ingin kamu memahami kenapa kita perlu saling bantu, bukan cuma nurut karena disuruh.”
Manfaat Penerapan Mindful & Gentle Parenting
Emosi: Anak lebih mampu mengenali dan mengelola perasaan
Relasi sosial: Anak lebih empatik, mudah membangun hubungan sehat
Kognitif: Anak merasa aman sehingga lebih mudah fokus & belajar
Disiplin: Kedisiplinan anak tumbuh dari rasa tanggung jawab, bukan takut
Kesehatan mental: Anak akan memiliki risiko lebih rendah dari kecemasan dan depresi
Tantangan Penerapan
Waktu dan energi emosional: Butuh kesabaran dan ketenangan, terutama saat anak tantrum atau membangkang.
Lingkungan yang tidak mendukung: Budaya yang masih menjunjung otoritas orang tua bisa menganggap pola asuh ini terlalu lembek.
Perlu latihan dan kesadaran diri: Orang tua juga harus menyembuhkan pola asuh masa kecil mereka sendiri.
Tidak selalu instan: Gentle parenting tidak memberikan hasil cepat seperti hukuman, tapi efek jangka panjangnya jauh lebih sehat.
Contoh Praktik Nyata Mindful & Gentle Parenting
1. Saat Anak Tantrum
Alih-alih membentak atau menyuruh diam, orang tua duduk sejajar, memeluk anak, dan berkata,
“Kamu marah, ya? Mama di sini, yuk kita tarik napas bersama.”
2. Saat Anak Tidak Mau Belajar
Daripada menyuruh atau memarahi, orang tua berkata:
“Kayaknya kamu capek ya. Mau istirahat dulu atau belajar dengan cara yang beda?”
3. Membuat Rutinitas Tidur
Daripada memaksa tidur, orang tua membangun rutinitas: cerita sebelum tidur, lampu redup, pelukan hangat. Anak jadi merasa tidur itu aman dan menyenangkan.
Tips Memulai Mindful dan Gentle Parenting
Mulai dari diri sendiri: Sadari emosi, luka masa lalu, dan kebiasaan reaktif.
Latihan bernapas sadar: Gunakan napas sebelum merespons anak.
Bangun rutinitas yang hangat: Bukan perintah, tapi kebiasaan kolaboratif.
Validasi emosi anak: “Kamu marah itu wajar, yuk kita bicarakan.”
Jadikan kesalahan sebagai kesempatan belajar: Bukan untuk menyalahkan.
Mindful dan gentle parenting bukan hanya tentang tidak memarahi anak, tapi tentang mengasuh dengan kesadaran, empati, dan rasa hormat.
Pendekatan ini mungkin tidak memberikan hasil instan, tapi menumbuhkan anak yang sehat secara emosional, mandiri, dan berempati, anak-anak yang kelak akan tumbuh menjadi manusia yang peduli, tangguh, dan bahagia.
Di dunia yang sering terburu-buru, mindful dan gentle parenting mengajak kita untuk melambat sejenak dan benar-benar hadir bersama anak, di sini dan sekarang.