Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Mengapa Memasukkan Anak ke SD Kurang Umur Bisa Berdampak Buruk?

Infobunda.id - Memasukkan anak ke sekolah dasar (SD) merupakan keputusan besar dalam perjalanan pendidikan mereka. Namun, tak jarang orang tua ingin ‘mempercepat’ proses ini dengan mendaftarkan anak ke SD sebelum usia yang disarankan. 


Dampak Buruk Memasukkan Anak ke SD Kurang Umur. (pexels.com/Agung Pandit Wiguna)



Padahal, menurut banyak pakar pendidikan dan studi ilmiah, memasukkan anak ke SD dalam usia yang belum matang secara kognitif dan emosional justru bisa berdampak buruk bagi perkembangan jangka panjang mereka.


Usia Ideal Masuk SD

Di Indonesia, usia minimal masuk SD adalah 6 tahun per 1 Juli tahun berjalan, sebagaimana diatur dalam Permendikbud No. 1 Tahun 2021. Namun, banyak sekolah memberikan dispensasi untuk anak yang belum genap 6 tahun, dengan alasan kecerdasan atau kesiapan akademik.


Pertanyaannya, benarkah anak yang ‘terlihat pintar’ di usia dini sudah siap secara menyeluruh untuk duduk di bangku SD?


1. Anak Belum Siap Secara Kognitif & Emosional

Masuk SD berarti anak harus duduk cukup lama, memahami instruksi verbal, mengerjakan tugas tertulis, dan mengikuti ritme belajar yang terstruktur. Padahal, anak yang berusia di bawah 6 tahun umumnya masih dalam fase perkembangan bermain, bergerak aktif, dan belajar melalui eksplorasi bebas.


Menurut para ahli neurosains, otak anak di usia 5 tahun masih berkembang cepat di area sensorimotor dan belum optimal di area kognitif kompleks seperti logika dan analisis.


Tanpa kesiapan ini, anak rentan mengalami:

Kesulitan memahami pelajaran

Kesulitan fokus dan duduk diam

Stres atau tekanan akademik dini


2. Risiko Gangguan Emosi dan Perilaku

Studi dari Harvard Graduate School of Education (2018) dan Taipei Veterans General Hospital menunjukkan bahwa anak yang masuk SD terlalu dini memiliki risiko 30% lebih tinggi mengalami gangguan seperti ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dibanding anak yang masuk di usia ideal.


Mengapa bisa begitu?

Anak belum punya kontrol emosi yang matang.

Tidak siap menghadapi tuntutan disiplin sekolah.

Merasa tertinggal dari teman-teman yang lebih dewasa secara usia.

Hasilnya, anak bisa menunjukkan gejala hiperaktif, impulsif, bahkan mudah frustrasi.


3. Kesulitan Sosialisasi & Masalah Percaya Diri

Anak yang lebih muda dari teman sekelasnya biasanya mengalami kesenjangan sosial-emosional.


Mereka bisa merasa:

Minder karena belum mampu mengikuti ritme teman sekelas

Lebih sering disalahkan atau dikoreksi karena belum bisa duduk tenang

Kesulitan menjalin pertemanan karena perbedaan cara bermain atau berpikir

Dalam beberapa kasus, mereka bahkan menjadi korban bullying karena terlihat lebih kekanak-kanakan.


4. Prestasi Akademik Justru Bisa Tertinggal

Ironisnya, memasukkan anak lebih awal dengan harapan lebih cepat pintar justru bisa menghasilkan efek sebaliknya. Sebuah riset dari Cambridge Assessment Education Research menyebutkan bahwa anak yang masuk sekolah terlalu dini cenderung mengalami kesulitan akademik di kelas-kelas selanjutnya, bahkan setelah bertahun-tahun.


Anak bisa:

Tertinggal dalam pelajaran matematika, membaca, dan menulis.

Mengalami kelelahan belajar.

Kehilangan minat belajar karena terpaksa belajar saat belum siap.


5. Alternatif yang Lebih Sehat: Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Daripada memaksakan masuk SD dini, pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah pilihan terbaik. Di sini, anak belajar dengan metode bermain, mengembangkan motorik, kemampuan sosial, bahasa, dan kecerdasan emosional.


Di usia 4–6 tahun, anak membutuhkan:

Aktivitas eksploratif seperti bermain air, tanah, pasir, dan alat musik.

Interaksi sosial santai.

Waktu untuk membangun rasa percaya diri dan kepercayaan terhadap lingkungan.

Belajar tidak harus di bangku sekolah formal. Justru pengalaman awal yang menyenangkan akan menumbuhkan motivasi belajar jangka panjang.


Memasukkan anak ke SD sebelum usianya matang bukanlah langkah bijak, meski anak tampak cerdas secara intelektual. Pendidikan adalah perjalanan jangka panjang, bukan perlombaan cepat-cepatan. Memberi waktu anak untuk tumbuh sesuai fitrahnya akan lebih bermanfaat dibanding memaksanya mencapai target akademik sebelum waktunya.


Bijaklah memilih waktu masuk SD

Biarkan anak menikmati masa kanak-kanaknya, bermain, dan belajar dengan bahagia. Ketika mereka siap secara mental dan emosional, dunia sekolah pun akan menjadi pengalaman yang menyenangkan—bukan menekan.